5

Darmi

Orang tua ku tipikal manusia yang cukup prinsipil, salah satu prinsip mereka yang akhirnya turut mendarah daging ke aku adalah "jangan pernah lupain kampung halaman, jangan sok-sokan jadi orang kota, kita ini cuma orang kampung yang lagi berjuang buat ngga jadi kampungan", gleek !! :D err.. tapi kali ini aku ngga bakal ngebahas masalah prinsip orang tua aku, melainkan hal yang mampu aku lihat didaerah yang namanya "kampung" itu..

Boleh ya aku cerita sedikit flash-back :)
Zamannya kami (me and my two little brothers maksudnya) masih kecil-kecil, masih ingusan dan masih demen berantem, orang tuaku selalu menghargai prestasi rapor yang kami peroleh (tentunya kalo dapet ranking, kalo ngga yah silahkan manyun, ngga bakal dikasih apa-apa) dengan menawarkan sebuah paket liburan ke rumah nenek. Dan yaa.. kamipun melonjak-lonjak kegirangan kalo udah dikasih izin buat pulang kampung tanpa ditemani ibu-bapak. Karena disana kami bisa bebas sebebas-bebasnya, bisa main lumpur, ujan-ujanan, basah-basahan nangkep ikan, mandi disungai, dan hal yang paling aku suka.. rutinitas setiap pagi : kucuk-kucuk bangun pagi menuju dapur karena kami tau teh hangat khas buatan nenek sudah terhidang dimeja, sambil menyantap teh hangat kamipun tertawa kegirangan pamer asap yang keluar dari mulut. Yap. rumah nenek ku terletak di kaki bukit, yang brrr.. dingin sekali.

Aku, kedua adikku dan sepupu-sepupuku kerap kali janjian untuk liburan bersama, yang yaah sangat menyenangkan :) Oh ya, nenek akan marah kalau kami hanya main dirumah, nenek maunya kami main sama anak-anak kampung lainnya. Wohoo.. seru sekali. Ternyata mereka jago-jago dan sangat pemberani. Satu diantara mereka teman kecilku itu bernama Darmi. Seorang anak laki-laki yang kocak, kepalanya botak dan selalu melindungi kami dari anak-anak yang jahil. Aku ingat betul gimana sok jagonya dia menyelam ke dalam sungai buat nangkepin udang dan ia santap mentah-mentah. weekk.. jijiiik.. tapi dia bilang enak :(
Ada lagi, nah jadi dibelakang rumah nenek ku banyak sekali buah-buahan mulai dari duku, rambutan, kelapa sampe durianpun ada. Jadilah kami menjadi prajurit penjaga durian kalo-kalo ada yang jatuh :) Intinya.. begitu banyak kenangan kami bersama Darmi..

Tahun ini kembali aku pulang ke kampung nenek, merayakan lebaran bersama keluarga besar. Bedanya kali ini aku ngga ujan-ujanan lagi, ngga main lumpur lagi dan sedihnya akupun tak melihat Darmi.. "Ah, mungkin Darmi sudah tidak mau main bersama ku lagi, atau dia malu, atau dia sudah pergi merantau buat cari duit, atau dia sudah tak kenal aku ?!" selintas kemunginan-kemungkinan itu muncul dipikiranku. Namun semuanya sedikit terabaikan karena sibuk bersilaturahmi dengan sanak saudara. Sampai akhirnya aku dikejutkan karena melihat ibuku menangis diruang tamu dan nenek terlihat menjelaskan perihal yang membuat ibuku menangis. Aku menghampiri ibu dan bertanya ada apa, sambil menahan tangis ibuku bercerita apa yang baru saja dia lihat. Penjelasan ibu dan nenek menjawab semua tanyaku akan Darmi; dia bukan berubah menjadi seorang yang sombong, bukan pula lupa akan aku, tapi dia telah lupa semua orang yang ada disekelilingnya, termasuk orang tuanya sendiri.

Darmi sakit.

Kian hari badannya kian kurus, bahkan dia tidak mampu melakukan kegiatan pribadi seperti mandi dan makan. Anak kecil dikampung banyak yang bilang kalo Darmi sudah gila, karena setiap kali dia dibiarkan keluar rumah, selalu hilang. Dia pernah hilang dua hari dua malam dan setelah orang satu kampung panik dan putus asa mencarinya, Darmi ditemukan sedang duduk melamun ditengah hutan dan sejak itu dia dikurung didalam rumah.
Aku bukan bermaksud hiperbol, tapi aku yakin siapapun yang melihat kondisi dia saat ini pasti akan menitikkan air mata. Darmi dikurung sendirian didalam ruangan kosong, gelap dan dimalam hari hanya ada lampu minyak yang menjadi sumber cahaya. Pertama kali aku mengunjunginya di hari lebaran kedua, dimana semua orang bersuka cita penuh gembira merayakan hari kemenangan, tapi tidak dengan Darmi.. Dia tetap dikurung. Ya Allah.. Aku masih ngga percaya kalo ini Darmi, sangat kurus dan selalu tersenyum. Senyum kocaknya masih ada tapi sayang senyum itu hanya senyum hampa. Ah, aku masih ingat gimana bagusnya suara Darmi ketika mengumandangkan adzan di masjid, gimana merdunya suara darmi ketika ia mengaji.. Melihat keadaannya sekarang, hidup yang serba kekurangan, sakit yang ia derita serta perlakuan kasar dari saudara-saudaranya, aku kehabisan kata. Seperti alur cerita sinetron indonesia yang benar-benar sedang terjadi dikehidupan nyata.

Buat Darmi teman kecil ku.. Aku cuma bisa berdoa semoga Darmi kelak bisa sembuh, kembali beraktifitas dan senyum kocak mu kembali lagi menghias hari..

5 comments:

Brilliant Lunatic said...

whoaaaaa...

sedih nian critonyo yuk agli...
aq juga mw doain Darmi ah, biar dy bisa sehat lagi dan nerusin hidupny yg normal..

crita tentang liburan di tempat nenek dan teman maen pasti qt punya versi sendiri2. aq juga punya teman kecil namanya Eli. tapi beberapa tahun yg lalu dy memutuskan untuk menikah (dalam usia yg masih muda euy..) dan sejak itu, we lost contact...

sedih y... :(

TS Frima said...

yah, saya juga mendoakan semoga semuanya baik saja :)

Anonymous said...

I'd say, this country we have is so ignorant that even a mentally disabled individual must suffer such an abandoned life. Di alam akhirat aj, mereka kan ga disiksa yak..? Kenapa gara-gara ketidakmampuan pemerintah mengelola jaring perlindungan sosial, mereka harus jadi terhukum..?

But the bright side is, when a person lost all his/her senses (or sanity, one might call (not trying to be rude)), normal standard of happy and unhappy is void. I'd usually think (more to comfort myself), they may have their own happiness because they have their own perspective of life.

You know what, Love, I think I just saw your ability for empathy here. Which I thought not exist. This writing awards your with more of my affection.

martabak manis said...

@ Nina the Brilliant Lunatic : iya na.. sedih banget ngeliat keadaan Darmi sekarang, rasanya ngga percaya :( semoga dia bisa sehat seperti dulu :)

@ Rian keseharian Ra-kun : amin.. makasih rian :)

@ Mr. Anonymous my lovely Kak Jeni : yap. probably right, they are happy in their own way. But here, i do disagree why people (in this case : his own family) treat him badly even rude !! And about my ability for empathy, err.. uum.. is it right that u just don't know me deeply ?! but i hope u don't :)
anyway thanks for stopping by kakak :)

FOR ALL OF YOU.. THANKS FOR VISITING MY BLOG AND ALSO BIG THANKS FOR THE COMMENTS, KEEP THEM COMING YAAAA :D

Anonymous said...

Sedihnya... :(
terima kasih sudah berbagi martabak manis :)

Post a Comment

Back to Top